Rabu, 10 April 2013






IMMAPSI
(Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan dan Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia)
Legalitas Berdasarkan SK Dikti Kemendikbud No. 18/DIKTI/Kep/2013
A.    SEJARAH SINGKAT

IMMAPSI yang merupakan singkatan dari Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan dan Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia, adalah suatu organisasi kemahasiswaan yang dijadikan sebagai wadah aspirasi, perjuangan dan pergerakan bagi mahasiswManajemePendidikan ; AdministrasPendidikadan atau sejenisnydalam  ikatanprofesi, sosial dan intelektual. Pemikiran awal beridirinya IMMAPSI ini diawalai dengan kegalauan para mahasiswa Manajemen Pendidikan (MP) /Administrasi Pendidikan (AP) yang pada saat itu tengah berada dalam organisasi pemersatu jurusan MP/AP di Indonesia dengan nama IKM MPI (Ikatan Keluarga Mahasiswa Manajemen Pendidikan Indonesia). Keberadaan IKM MPI dinilai belum mampu menampung aspirasi mahasiswa dan tidak sejalan dengan angan-angan yang diharapkan, sehingga mengetuk hati para mahasiswa MP/AP untuk berkumpul demi menyatukan satu suara dan mendirikan suatu organisasi mahasiswa yang mampu menjadi wadah aspirasi anggota yang berada di dalamnya. Penyatuan suara tersebut diawali dengan pertemuan kolegial mahasiswa MP/AP se-Indonesia di kampus Unesa (Universitas Negeri Surabaya) pada 2-4 Desember 2011 yang menghasilkan beberapa kesepakatan dengan intinya mahasiswa MP/AP meminta IKM MPI untuk mampu menjadi wadah aspirasi dan dapat dijalankan oleh mahasiswa aktif. Setahun berselang setelah itu ternyata IKM MPI belum memberikan lampu hijau dengan berbagai tuntutan mahasiswa tersebut, sehingga memaksa mahasiswa untuk mendesak kepada pengurus aktif IKM MPI melalui kegiatan Pra Munas yang dislenggarakan di kampus UNJ (Universitas Negeri Jakarta) pada awal bulan Desember 2012. Dalam pertemuan inilah menghasilkan suatu kesepakatan kuat untuk mendirikan suatu organisasi mahasiswa baru yang lebih dapat menjawab harapan mahasiswa.
Kemudian, pada 14-16 Desember 2012 diadakanlah kegiatan Munas (Musyawarah Nasional) pertama di kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) yang dihadiri oleh perwakilan beberapa kampus di Indonesia, diantaranya:
1.      Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),
2.      Universitas Negeri Jakarta (UNJ),
3.      Universitas Negeri Surabaya (Unesa),
4.      Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
5.      Universitas Negeri Makassar (UNM),
6.      Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Sahid),
7.      Universitas Negeri Gorontalo (UNG),
8.      Universitas Negeri Padang (UNP), dan
9.      STKIP Muhammadiyah Bogor  


Dalam akhir rangkaian Munas inilah, sebuah organisasi mahasiswa resmi didirikan dengan nama IMMAPSI. IMMAPSI berdiri tepat pada pukul 10.40 WIB, tanggal 16 Desember 2012 bertempat di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Deklarasi Bumi Siliwangi yang dibacakan oleh perwakilan masing-masing Perguruan Tinggi peserta. Berikut adalah naskah deklarasi Bumi Siliwangi:


A.    VISI, MISI, dan TUJUAN
IMMAPSI bertujuan untuk :
1.      Menggalang persatuan dan kesatuan dikalangan anggota berlandaskan rasa setia kawan dan kekeluargaan.
2.      Mewujudkan perbaikan-perbaikan dalam bidang pendidikan, kesejahteraan, dan sosial kemasyarakatan diIndonesia dengan pola pergerakan pendidikan yang mengacu pada disiplin ilmu MP/AP dan atau sejenisnya.
3.                Mewujudkadukungabagkehidupamahasiswdan lulusamenjadprofesional guna berkontribusibagupaypendidikan nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa.

B.     LANDASAN
IMMAPSI merupakan organisasi mahasiswa yang berlandaskan pada Pancasila dan Tri DharmPerguruan Tinggi.

C.    KEANGGOTAAN
Anggota IMMAPSI adalah mahasiswa jurusan/program studi dalam konsentrasi Ilmu MP/AP dan atau sejenisnya yang terdiri dari :
1.      Anggota Muda
merupakan mahasiswa aktif strata satu (S-1) jurusan/program studi dalam konsentrasi Ilmu MP/AP di seluruh Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di seluruh Indonesia yang berada pada tingkat satu (semester 1 dan 2)
2.      Anggota Madya
merupakan mahasiswaTerdaftar sebagai mahasiswa aktif  Strata satu (S-1) jurusan/program studi dalam konsentrasi Ilmu MP/AP di seluruh Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di seluruh Indonesia yang berada pada tingkat 2 ( semester 3) sampai lulus.
3.      Anggota Kehormatan
merupakan alumni pengurus IMMAPSI dan alumni MP/AP seluruh Indonesia yang berjasa dan dapat berkontribusi untuk IMMAPSI yang ditetapkan oleh pimpinan pusat.

D.    KEPENGURUSAN
            1.      Pengurus Pusat
                  Pengurus pusat adalah pengurus organisasi di tingkat nasional.
     2.      Pengurus Wilayah
                  Pengurus wilayah adalah pengurus ditingkat wilayah berdasarkan pembagian sebagai berikut:
      a. Wilayah I (Sumatera),
      b. Wilayah II (Jawa, Madura, Bali, NTB dan NTT),
      c. Wilayah III (Kalimantan,Sulawesi, Maluku dan Papua).

           3.      Pengurus Daerah
             Pengurus Daerah adalah pengurus yang bertempat di propinsi yang terdapat minimal satu       Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan atau prodi MP/AP dan atau sejenisnya.

Ø  Periode Kepengurusan
a.       Satu periode kepengurusan untuk pengurus pusat berlangsung selama 2 tahun.
b.      Satu periode kepengurusan untuk pengurus wilayah dan  daerah berlangsung selama satu tahun.

Ø  Kepengurusan saat ini
Ketua Umum              : Wildan Karim Anggaperbata (UPI Bandung)
Ketua Wilayah I          : Ika Purnamasari (UNP Padang)
Ketua Wilayah II        : Ady Setiawan (Unesa Surabaya)
Ketua Wilayah III       : Lilis Riyanto (UNM Makassar)

 F.     LAMBANG


Ide Awal Lambang

Makna Lambang :
1.      Bumi bulat           : Kebulatan tekad untuk meraih asa gemilang
2.      Peta Indonesia     : organisasi ini menaungi jurusan MP/AP atau sejenisnya di seluruh Indonesia
3.      Warna latar biru : melambangkan warna jiwa generasi muda yang tenang dan edukatif
4.      Tangan                 : melambangkan persatuan yang erat, dan mencakup seluruh Indonesia
5.      Warna tangan     : melambangkan warna bendera Indonesia, membuktikan kecintaan anak bangsa terhadap Indonesia
6.      Buku                     : jurusan Manajemen Pendidikan, Administrasi Pendidikan dan atau sejenisnya. Juga melambangkan mahasiswa yang sarat akan keilmuan
7.      Tiga lapis buku    : Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta tiga jenis keanggotaan dalam organisasi
8.      Tulisan IMMAPSI          : singkatan dari Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan dan Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia

0 

Add a comment

    KONTRIBUSI MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG
    Yedi Riyandi
    Jurusan Administrasi Pendidikan, FIP, Universitas Pendidikan Indonesia
    Ady Setiawan
    111714043
    Program Studi Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya

    ABSTRAK
    Penelitian ini berjudul “Kontribusi Manajemen Hubungan Masyarakat Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung” dengan mengangkat beberapa permasalahan yang sekaligus dijadikan tujuan dari penelitian ini, yakni (1) mengetahui bagaimana gambaran manajemen Humas yang ada di SMK N di Kab. Bandung, (2) mengetahui bagaimana gambaran efektivitas pelaksanaan PSG di SMK N yang ada di Kabupaten Bandung, dan (3) mengetahui seberapa besar kontribusi manajemen Humas terhadap efektivitas pelaksanaan PSG pada SMK N di Kab. Bandung. Dalam rangka mencapai tujuan di atas, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket secara tertutup, dengan jumlah sampel yang diambil adalah 59 guru yang menjabat sebagai Humas dan panitia Pendidikan Sistem Ganda PSG yang tersebar di SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Kab. Bandung. Selain itu, teknik pengukuran menggunakan teknikWeighted Mean Scored (WMS), uji normalitas, uji korelasi Product Moment, uji signifikasi, uji determinasi, uji linearitas, dan uji regresi. Hasil penelitian melalui Weighted Mean Scored (WMS) menunjukkan bahwa gambaran umum manajemen Humas berada pada posisi yang sangat baik dengan skor rata-rata 3,24. Dan hasil variabel efektivitas pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda PSG sebesar 3,38 yang tentu termasuk kategori sangat baik. Sedangkan untuk hasil analisis korelasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen Humas yang dilakukan oleh SMK N yang ada di Kab. Bandung mempunyai hubungan yang sedang dan cukup signifikan terhadap efektifitas pelaksanan Pendidikan Sistem Ganda PSG, dengan ditunjukkannya indeks koefisien korelasi sebesar 0,62. Lalu uji determinasi menunjukkan bahwa derajat keterhubungan antara manajemen Humas dan pelaksanaan PSG sebesar 38,35% dan sisanya sebesar 61,65% dipengaruhi oleh aspek-aspek lain. Sedangkan untuk hasil analisis segresi, diperoleh koefisien regresi yang ditunjukkan dengan persamaan regresi sederhana, yakni Y= 52,76 + 0,65 X. sehingga ringkasnya, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen Humas memberikan kontribusi yang signifikan sebesar 5,95 terhadap efektivitas pelaksanaan PSG di SMK N yang ada di Kabupaten Bandung serta hipotesis peneliti diterima.
    Kata Kunci: manajemen Hubungan Masyarakat (Humas), Pendidikan Sistem Ganda (PSG), kontribusi, variabel, koefisien

    PENDAHULUAN
    Dewasa ini efek globalisasi telah merambah di segala aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan.Untuk mengawal penyebarannya dibutuhkan kesiapan khusus individu agar tidak tertinggal oleh zaman, sehingga perlu adanya perumusan langkah khusus dalam rangka menjaga kerelevansian pendidikan dengan kebutuhan zaman.Sebagaimana dirumuskan pemerintah terkait masalah pendidikan saat ini yang salah satunya adalah relevansi pendidikan.Berbicara mengenai relevansi, khususnya terhadap dunia kerja, maka kita akan berfokus pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang keberadaannya memang bertujuan umum untuk mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Melihat alasan tersebut, mengharuskan sekolah menggunakan suatu kurikulum yang dapat bersinergi terhadap dunia kerja/industry, sehingga proses pembelajaran dan pendidikan dapat relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai relevansi tersebut yakni pelaksanaan pembelajaran ganda, baik di sekolah juga di industri/dunia usaha agar peserta didik dapat langsung mempraktekkan pembelajaran yang diberikan.Sistem seperti ini lebih dikenal dengan sistem Pendidikan Sistem Ganda (PSG).Made wena (1996:16) mendifinisikan Pendidikan Sistem Ganda sebagai suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu.
    Dapat difahami bahwa konsep PSG ini merupakan suatu jawaban atas adanya jurang pemisah antara dunia pendidikan dan dunia usaha/industri.Sehingga melalui konsep yang menempatkan peserta didik pada dua tempat belajar ini diharapkan terdapat kesesuaian antara materi yang diajarkan dan kebutuhan dunia usaha yang dipersyaratkan. Kesesuain tersebut tentu akan berpengaruh pada pola manajemen pendidikan dan kurikulum yang digunakan, pasalnya dalam konsep ini tidak hanya sekolah yang memiliki peran sentral, namun juga dunia usaha yang bersangkutan. Sehingga dalam pengimplementasian konsep ini, dibutuhkan suatu jalinan kerja sama yang kuat antara kedua belah pihak (sekolah dan dunia usaha). Untuk mendukung hal tersebut, maka dibutuhkan peran penting Humas (hubungan masyarakat) sebagai jembatan penghubung untuk menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik antara keduanya. Dalam hal ini, Onung U. Effendi (2003:150) berpendapat bahwa humas adalah kegiatan berencana untuk menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi dan public, untuk mencapainya dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara timbal balik.
    SMK Negeri yang ada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung telah melakukan kerja sama dalam penyelenggaraan PSG. Dimana dalam penyelenggaraannya, pihak dunia industri bersedia menjadi institusi pasangan yang senantiasa mengawal dan mendukung jalannya program tersebut. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama ini dalam rangka penyelenggaraan program PSG tidak dapat dilepaskan dari peranserta bidang Humas secara khusus, mengingat fungsi utamanya sebagai jembatan penghubung, secara tidak langsung diketahui bahwa memang bidang Humas memiliki kontribusi terhadap penyelenggaraan PSG. Sehingga, peneliti dalam hal ini menetapkan tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kontribusi Humas terhadap efektivitas pelaksanaan PSG tersebut.
    METODE
    Penelitian dalam hal ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Keadaan ini disesuaikan dengan variabel penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah aktual dan fenomena yang sedang terjadi pada saat-saat sekarang, dengan bentuk hasil berupa angka-angka yang memiliki makna. Selanjutnya, populasi yang diteliti adalah sejumlah 141 orang yang merupakan guru yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) yang tersebar di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. Rincian data dapat ditampilkan berikut ini:
    Tabel 2.1
    Populasi Penelitian

    No
    Sekolah
    Wakasek dan staf Hubin
    Kajur
    Guru pembimbing PSG
    Sub jumlah
    1SMKN 1 Majalaya
    2
    2
    16
    20
    2SMKN 3 Baleendah
    4
    3
    24
    31
    3SMKN 7 Baleendah
    2
    2
    30
    34
    4SMKN 1 Ketapang
    5
    5
    45
    55
    Jumlah
    141

    Kemudian, sampel yang diteliti adalah guru yang menjabat sebagai Humas dan panitia pelaksana PSG di SMK N yang tersebar di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, yakni sebanyak 59 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel area proporsional.
    Misal:
    SMKN 1 Majalaya =20 x 59 = 8,36 8
    141
    Tabel 2.2
    Sampel Penelitian
    No
    Sekolah
    Sampel
    1SMKN 1 Majalaya
    8
    2SMKN 3 Baleendah
    13
    3SMKN 7 Baleendah
    15
    4SMKN 1 Ketapang
    23
    Jumlah
    59
    Dari populasi dan sampel tersebut, peneliti menghimpun dan mengolah data untuk disajikan sebagai hasil penelitian.Namun perlu diketahui sebelumnya, bahwa kegiatan pengumpulan data merupakan sebuah metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang relevan dari suatu subjek penelitian dan didukung oleh seperangkat instrumen pengumpul data yang relevan. Lebih dari itu, peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
    1. Menentukan alat pengumpulan data
    Teknik komunikasi secara tidak langsung dipilih peneliti dalam melakukan pengumpulan data pada penelitian ini.Dalam hal ini, peneliti menggunakan angket atau kuesioner jenis tertutup sebagai instrumen penelitian. Angket atau kuesioner sendiri dimaknai oleh Akdon dan Samsul Hadi (2005:131) sebagai suatu daftar pertanyaan yang disusun dan diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan, angket tertutup dimaknai oleh Suharsimi Arikunto (2012:42) sebagai suatu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.Sehingga peneliti dalam mengajukan angket (tertutup) menyarankan kepada responden untuk memberi tanda x (silang) ataupun check list () guna menghimpun informasi terkait dengan manajemen Humas dan efektifitas pelaksanaan PSG.
    1. Menyusun alat pengumpulan data
    Beberapa langkah yang ditempuh peneliti pada langkah ini, diantaranya: (1) menentukan indikator penelitian, yakni variabel X (manajemen Humas), dan variabel Y (efektivitas pelaksanaan PSG), (2) mengidentifikasi sub-variabel dari masing-masing variabel penelitian yang berlandaskan pada teori-teori yang telah diungkapkan, (3) mengidentifikasi sub-sub variabel dari sub-variabel yang telah ditetapkan, (4) menyusun kisi-kisi instrumen, (5) membuat daftar pertanyaan dari tiap-tiap variabel disertai alternatif jawaban, (6) menetapkan kriteria bobot untuk setiap alternatif jawaban.
    Tabel 2. 3
    Kriteria alternatif jawaban
    Alternatif jawaban
    Bobot
    Selalu
    4
    Sering
    3
    Kadang-kadang
    2
    Tidak pernah
    1
    1. Uji coba alat pengumpulan data
    Untuk mengetahui seberapa besar tingkat validitas dan reliabilitas, maka dilakukan uji coba angket terhadap 15 orang guru yang menjabat Humas dari perhitungan 25% sampel yang diambil pada 16 hingga 25 November 2010 di SMKN 4 Bandung dan SMKN 8 Bandung.
    Untuk menguji tingkat validitas angket tersebut, maka angket diuji dengan menggunakan analisis faktor, yakni dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment.Berdasar atas rumus tersebut, dihasilkan perhitungan bahwa keseluruhan variabel X (manajemen Humas) adalah valid, hanya terdapat tiga item yang belum valid dan perlu direvisi.Sama halnya dengan variabel Y (pelaksanaan PSG), hasil perhitungan merumuskan secara keseluruhan variavel Y adalah valid.
    Sedangkan untuk menguji tingkat reliabilitas, peneliti menggunakan metode belah dua (split half method), yakni dengan cara mengelompokkan skor menjadi dua bagian berdasarkan item ganjil dan genap. Namun sebelumnya, untuk mencari koefisien korelasi antara item genap dan ganjil digunakanlah rumus korelasi Spearman Brown, sebagaimana dikemukakan oleh Akdon dan Sahlan (2005:148).Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut, diperoleh hasil mengenai variabel X yakni r hitung sebesar 0,958.Kemudian dikonsultasikan dengan r tabel sebesar 0,553, sehingga menyimpulkan angket variabel X telah realiabel, karena r hitung> rtabel. Selanjutnya, hasil penghitungan variabel Y yakni r hitung sebesar 0,966, yang kemudian dikonsultasikan dengan r tabel sebesar 0,553, sehingga diartikan bahwa angket variabel Y juga telah realiabel, karena r hitung> rtabel.
    Demikian rangkaian proses pengumpulan data yang selanjutnya masih akan diolah dandianalisis. Peneliti dalam mengolah dan menganalisis data tersebut telah menempuh beberapa langkah berikut ini:
    1. menyeleksi data, yakni dengan memeriksa jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
    2. menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, lalu menentukan skornya,
    3. mengukur kecenderungan umum skor responden (x) dari variabel dengan rumus Weight Mean Scored (WMS),
    4. mencocokkan rata-rata dengan tabel konsultasi hasil perhitungan WMS,
    tabel 2. 4
    Tabel Konsultasi Hasil WMS
    Rentang Nilai
    Kriteria
    Penafsiran
    Variabel X
    Variabel Y
    3,01 – 4,00Sangat baikSelaluSelalu
    2,01 – 3,00BaikSeringSering
    1,01 – 2,00Kurang baikKadang-kadangKadang-kadang
    0,01 – 1,00Sangat kurang baikTidak pernahTidak pernah
    1. uji normalitas distribusi, untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis parametik atau non-parametik,
    2. menghitung skor mentah menjadi skor baku, dan
    3. menguji hipotesis penelitian, langkah ini dilakukan seusai pengolahan data dalam rangka menganalisis data yang sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian.
    HASIL DAN PEMBAHASAN
    Peneliti dalam bab ini akan menyajikan hasil pengolahan data secara terperinci berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait masalah kontribusi manajemen Humas terhadap efektivitas pelaksanaan PSG pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.
    1. Analisis Data
    Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat menjawab permasalahan penelitian atau tidak. Berikut langkah-langkah penganalisisan data,
    Pertama, Seleksi data.Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam pemprosesan data untuk mengetahui kelengkapan jumlah angket yang disebar, kebenaran cara pengisian angket, isi angket, dan jumlah angket yang terkumpul kembali kepada peneliti. Berikut hasil rekapitulasi data penyebaran angket yang ditampilkan dalam bentuk tabel,
    Tabel 3. 1
    Tabel rekapitulasi penyebaran angket
    Sumber data
    instrumen
    Jumlah instrumen
    Tersebar
    Terkumpul
    Dapat diolah
    Tidak dapat diolah
    Panitia PSG
    angket
    59
    59
    59
    0
    Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari sejumlah 59 berkas angket yang disebarkan kepada responden dapat terkumpul kembali sebanyak 59 berkas angket, dan keseluruhan angket dinyatakan dapat diolah.
    Kedua, klasifikasi data.Setelah penyeleksian data selesai, maka langkah selanjutnya adalah pengklasifikasian data berdasarkan variabel yang diteliti.Kemudian, data tersebut diberikan skor pada setiap alternatif jawaban sesuai dengan aturan penulisan yang telah ditulis pada pembahasan sebelumnya.
    Klasifikasi ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan skor responden terhadap kedua variabel yang diteliiti berdasarkan permasalahan yang dirumuskan.Langkah awal yang perlu ditempuh adalah memberikan skor menggunakan skala Likert pada setiap alternatif jawaban.Berikut perolehan skor mentah kedua variabel tersebut.
    Tabel 3. 2
    Data mentah manajemen Humas
    62
    71
    52
    56
    47
    56
    78
    50
    65
    70
    66
    47
    48
    55
    55
    79
    41
    80
    41
    52
    71
    63
    52
    64
    60
    64
    56
    47
    80
    63
    70
    61
    77
    60
    63
    71
    62
    55
    69
    74
    70
    66
    74
    62
    61
    64
    75
    71
    76
    67
    76
    79
    68
    72
    73
    67
    72
    70
    74


    Tabel 3. 3
    Data mentah efektivitas pelaksanaan PSG
    95
    93
    83
    94
    75
    102
    111
    87
    99
    101
    93
    75
    110
    109
    84
    93
    93
    93
    110
    67
    95
    87
    92
    97
    97
    94
    81
    87
    112
    70
    92
    91
    105
    89
    76
    101
    85
    104
    106
    101
    96
    100
    86
    96
    104
    95
    109
    109
    105
    101
    100
    99
    111
    99
    93
    100
    80
    80
    105


    1. Penyajian Hasil Pengolahan Data
    Berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang tertuang dalam angket, diperoleh data mengenai variabel X dan variabel Y berikut ini:
    1. Gambaran umum masing-masing variabel dengan perhitungan Weighted Mean Scored (WMS)
    Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel X terhadap variabel Y, peneliti menggunakan perhitunganWeighted Mean Scored(WMS) dan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Hasil analisis data terhadap skor-skor angket responden berdasarkan perhitungan di atas, dapat diuraikan berikut ini:
    1. Deskripsi data variabel X
    Setelah mencari nilai rata-rata dengan menggunakan metode dan program di atas, langkah selanjutnya adalah menafsirkan skor tersebut dengan cara menkonsultasikan dengan tolok ukur yang telah ditentukan sebelumnya.

    Tabel 3. 6
    Hasil perhitungan WMS
    Manajemen Humas

    No
    Indikator
    Rata-rata
    1
    Perencanaan Humas
    3.305084746
    2
    Pelaksanaan Humas
    3,146892655
    3
    Pengawasan Humas
    3.271186441
    Rata-rata avriabel X
    3.241054614

    Berdasarkan perhitungan kecenderungan umum di atas, maka diperoleh rata-rata indikator keseluruhan item pada variabel X yaitu 3,24. Sehingga dapat diterjemahkan bahwa variabel manajemen hubungan masyarakat dalam kategori baik.
    Manajemen Humasdalam penelitian ini memiliki tiga indikator, yakni perencanaan Humas, pelaksanaan Humas, dan pengawasan Humas. Adapun kecenderunggan umum dari tiap-tiap indikator tersebut sebagaimana tampak dalam tabel, dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut:
    Pertama, perencanaan Humas. Berdasarkan penghitungan menggunakan teknik Weighted Mean Scored (WMS) diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,30. Artinya, manajemen Humas melalui indikator perencanaan Humas ini termasuk berkategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini bidang Humastelah melakukan fungsi perencanaan dengan baik, yang meliputi penganalisisan kebutuhan Humas dan sekolah dengan dunia usaha/industri, dan telah melibatkan berbagai pihak dalam melakukan pengidentifikasian sebaik mungkin guna mencapai kesesuaia program kerja dengan kebutuhan sekolah.
    Kedua, pelaksanaan Humas.Berdasarkan teknik penghitungan yang sama diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,14. Sehingga dapat diartikan bahwa manajemen Humas melalui indikator pelaksanaan Humas ini termasuk berkategori sangat baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama ini bidang Humastelah melakukan fungsi pelaksanaaan dengan baik, yang meliputi komunikasi yang baik kepada pihak internal ataupun eksternal sekolah, melakukan kerja sama serta menggali partisipasi orang tua siswa, masyarakat, ataupun steakholder lainnya, serta dunia industri/pihak pengusaha untuk dapat ikut andil dalam pelaksanaprogram PSG ini.
    Terakhir, pengawasan Humas.Berdasarkan penghitungan menggunakan teknik Weighted Mean Scored (WMS) diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,14. Sehingga dapat diartikan bahwa manajemen Humas melalui indikator pengawasan Humas ini termasuk berkategori sangat baik.Hal ini juga menunjukkan bahwa selama ini bidang Humastelah melakukan fungsi pengawasan dengan baik, hal ini tercermin dalam pembuatan standar kerja keHumasan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan program, dan penilaian serta perbaikan secara berkala terhadap tugas yang diembannya.

    1. Deskripsi data variabel Y
    Untuk mengetahui gambaran mengenai variabel Y, peneliti menggunakan perhitunganWeighted Mean Scored (WMS) dan program Microsoft Excel 2007 sebagai alat bantu. Berikut hasil pengolahan data disajikan dalam tabel di bawah ini:
    Tabel 3. 6
    Hasil perhitungan efektivitas pelaksanaan PSG
    No
    Indikator
    Rata-rata
    1
    Efektifitas input
    3.540489642
    2
    Efektifitas proses
    3.450363196
    3
    Efektifitas output
    3.355932203
    Rata-ratavar.l Y
    3.381187786
    Berdasarkan perhitungan kecenderungan umum di atas, maka diperoleh rata-rata indikator keseluruhan item pada variabel Y yaitu 3,38. Sehingga dapat diterjemahkan bahwa variabel pelaksanaan PSG dalam kategori baik.
    Efektivitas pelaksanaan PSG dalam penelitian ini memiliki tiga indikator, yakni efektivitas input, efektivitas proses, dan efektivitas output. Adapun kecenderungan umum dari tiap-tiap indikator tersebut sebagaimana tampak dalam tabel, dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut:
    Pertama, efektivitas input. Berdasarkan penghitungan menggunakan teknik Weight Mean Scored (WMS) diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,54. Artinya, efektivitas pelaksanaan PSG melalui indikator efektifitas input ini termasuk berkategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa program PSG telah tersosialisasi dengan baik kepada orang tua, masyarakat, dan dunia usaha/industri. Selain itu, sekolah secara individu telah memiliki kesiapan khusus melalui pembekalan dan orientasi untuk menerima dan menjalankan program PSG ini.
    Kedua, efektifitas proses. Berdasarkan penghitungan menggunakan teknik yang sama diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,45. Sehingga dapat diartikan bahwa efektivitas pelaksanaan PSG melalui indikator efektifitas proses ini termasuk kategori sangat baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama ini sekolah telah memiliki institusi pasangan yang siap mendukung dalam menyelenggarakan program ini.
    Terakhir, efektivitas output. Berdasarkan penghitungan menggunakan teknik WMS diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,35. Sehingga dapat diartikan bahwa efektivitas pelaksanaan PSG melaluiindikator efektifitas proses ini termasuk berkategori sangat baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG berimbas pada peningkatan penguasaan keahlian professional serta mentalitas dalam memasuki dunia kerja.Juga menunjukkan bahwa sekolah telah berusaha semaksimal mungkin untuk memasarkan tamatannya pada dunia industri, khususnya pihak industri yang menjadi partner sekolah.
    1. Hasil pengubahan skor mentah menjadi skor baku
    Berikut hasil pengubahan skor mentah variable X dan Y dapat dilihat di table di bawah ini
    Tabel 3. 7
    Data baku Manajemen Humas
    48
    56
    38
    42
    33
    42
    64
    36
    51
    56
    52
    33
    44
    41
    41
    65
    27
    66
    27
    38
    57
    49
    38
    50
    46
    50
    42
    33
    66
    49
    56
    57
    63
    46
    49
    57
    48
    41
    55
    60
    56
    52
    60
    48
    47
    50
    61
    57
    62
    53
    62
    65
    54
    58
    59
    53
    58
    56
    60


    Berikut hasil skorvariabel Y,
    Tabel 3. 8
    Data baku efektifitas pelaksanaan PSG
    50
    48
    40
    49
    33
    56
    64
    43
    53
    55
    48
    33
    63
    62
    40
    48
    48
    48
    63
    26
    50
    43
    47
    52
    52
    49
    38
    43
    65
    28
    47
    46
    59
    45
    37
    55
    41
    58
    59
    55
    51
    54
    42
    51
    58
    50
    62
    62
    58
    55
    54
    53
    64
    53
    48
    54
    37
    37
    58

    1. Uji normalitas distribusi variabel penelitian
    Berikut hasil pemeriksaan terhadap distribusi data,
    Uji normalitas distribusi data variabel X (manajemen Humas)
    Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir dalam sumber) diperoleh harga x2hitung sebesar 3,15, sedangkan x2tabel sebesar 12,592 dengan dk (n-1) = 6 pada taraf signifikan 95%. Maka dengan demikian diketahui bahwa x2hitung lebih kecil dari pada x2tabel , hal ini menunjukkan bahwa data variabel X berdistribusi normal.
    Uji normalitas distribusi data variabel Y (efektifitas pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda)
    Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir dalam sumber) diperoleh harga x2hitung sebesar 6,07, sedangkan x2tabel sebesar 12,592 dengan dk (n-1) = 6 pada taraf signifikan 95%. Maka dengan demikian diketahui bahwa x2hitung lebih kecil dari pada x2tabel , hal ini menunjukkan bahwa data variabel Y berdistribusi normal.
    1. Hasil Analisis Data untuk Uji Hipotesis Penelitian
    Langkah ini dilakukan untuk menguji data hasil penelitian dikaitkan dengan hipotesis yang telah diajukan, apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Analisis korelasi
    1. Uji signifikan korelasi
    Merupakan teknik analisis yang berusaha menemukan kekuatan hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hasil data dari kedua variabel yang berdistribusi normal, maka teknik analisis data yang akan diberikan adalah teknik statistic parametric, dengan pengujian hipotesis menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson.
    Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir dalam skripsi sumber) diperoleh koefisien korelasi (rhitung) dengan arah positif sebesar 0,62, maka dengan bertolok ukur yang telah dituliskan sebelumnya, dapat dimaknai koefisien korelasi antara kedua variabel tergolong pada klasifikasi kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang relevan dengan arah positif antara variabel X terhadap variabel Y.
    1. Analisis koefisien determinasi
    Setelah diperoleh gambaran derajat keterhubungan antar variabel, selanjutnya akan diuji apakah hubungan tersebut berlaku pada seluruh responden (59 orang) atau tidak. Untuk mengujinya digunakan rumus t-test untuk mencari nilai t.
    Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir dalam skripsi sumber) diperoleh harga thitung sebesar 5,95, dan ttabel berada pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh dengan dk (59-2) = 57 adalah 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa thitung> ttabel yakni 5,78> 2,014. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel X terhadap variabel Y, dan hipotesis dapat diterima.
    1. Uji Koefisien Determinasi
    Untuk melihat derajat keterhubungan antar variabel, maka dilakukan analisis koefisien determinasi ini. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir dalam sumber), diperoleh harga korelasi yang positif dengan koefisien determinasi sebesar 38,35%. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel Y dikontribusi oleh variabel X sebesar 38,35%, dan sisanya sebesar 61,65% oleh faktor lain.
    1. Uji linearitas regresi
    Linearitas regresi harus dicapai sebelum dilakukannya analisis koefisien regresi, pencapaian tersebut berupa garis linier antara X dan Y. berdasarkan hasil perhitungan (terlampir), maka diketahui bahwa harga F hitung kedua sebesar 0,44, dan F tabel dengan taraf kesalahan 5% dengan dk (26:33) sebesar 1,80. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Fhitung< Ftabel, yang berarti model regresi dalam penelitian ini adalah linier.
    1. Analisis koefisien regresi
    Berdasarkan hasil perhitungan harga koefisien a dan b untuk regresi linier sederhana variabel Y dan X (terlampir), diketahui bahwa koefisien a sebesar 52,76 dan b sebesar 0,65. Sehingga diperoleh persamaan regresi berikut:
    Y = 52,76 + 0,65X
    Dimana, Y = efektivitas pelaksanaan PSG, dan X = manajemen Humas
    Persamaan tersebut bermakna bahwa; (1) konstanta 52,76 menyatakan jika tidak ada variabel X, maka nilai variabel Y sebesar 52,76. Dan (2) setiap peningkatan manajemen Humas, mengakibatkan peningkatan efektivitas pelaksanaan PSG sebesar 0,65.
    Hal berarti bahwa peningkatan efektivitas pelaksanaan PSG dipengaruhi oeleh peningkatan manajemen Humas.
    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
    Pembahasan ini akan merujuk pada beberapa permasalahan yang sekaligus dijadikan tujuan dari penelitian ini, yakni (1) mengetahui bagaimana gambaran manajemen Humas yang ada di SMK N di Kab. Bandung, (2) mengetahui bagaimana gambaran efektivitas pelaksanaan PSG di SMK N yang ada di Kabupaten Bandung, dan (3) mengetahui seberapa besar kontribusi manajemen Humas terhadap efektivitas pelaksanaan PSG pada SMK N di Kab. Bandung. Untuk menjawab permasalah di atas, maka peneliti akan memaparkan pembahasan penelitian berikut ini:
    1. Bagaimana gambaran manajemen hubungan masyarakat (Humas) yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kab. Bandung
    Berdasarkan pada perhitungan kecenderungan umum di atas, diperoleh rata-rata indikator keseluruhan item pada variabel X yaitu 3,24. Sehingga diartikan bahwa variabel kontribusi manajemen Humas termasuk ke dalam kategori baik.
    Selanjutnya mengenai konstribusi manajemen Humas terhadap efektivitas pelaksanaan PSG ini memiliki tiga indikator, yakni:
    Pertama, perencanaan Humas. Berdasarkan pada hasil perhitungan uji kecenderungan umum yang menggunakan metode Weight Mean Scored (WMS) diperoleh hasil sebesar 3,30. Artinya perencanaan Humas termasuk dalam kategori baik.Atau dimaknai bahwa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan Kab.Bandung memiliki perencanaan Humas yang baik terhadap peaksanaan PSG.Kegiatan perencanaan Humas tersebut berupa penganalisisan kebutuhan serta identifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PSG agar kegiatan atau program kerja sekolah dapat sesuai dengan kebutuhan.
    Kedua, pelaksanaan Humas. Berdasarkan pada hasil perhitungan uji kecenderungan umum yang menggunakan metode WMS, diperoleh hasil sebesar 3,14. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen Humas pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Kab.Bandung sudah masuk dalam kategori sangat baik. Perolehan hasil tersebut didukung oleh jalinan komunikasi serta pemberian informasi yang baik, baik secara internal ataupun eksternal, serta pengembangan kerja sama antar wali murid dan partisipan yang dilakukan oleh SMK N di Kab. Bandung dalam rangka pelaksanaan PSG yang maksimal.Selain itu, hal ini juga ditunjang oleh kerjasama yang dilakukan sekolah kepada pihak-pihak industri/dunia usaha untuk mengawal jalannya PSG tersebut.sekalipun memang masih diperlukan evaluasi-evaluasi terkait sistem kerja sama dengan dunia industri yang dimotori oleh bidang Humas ini.
    Ketiga, pengawasan Humas. Berdasarkan pada hasil perhitungan uji kecenderungan umum yang menggunakan metode WMS diperoleh hasil sebesar 3,27. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan dalam manajemen Humas pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Kab.Bandung sudah masuk dalam kategori sangat baik.Perolehan skor yang sangat baik ini didukung oleh adanya standar kerja yang ditetapkan, dan adanya evaluasi secara berkala serta perbaikan ulang setelah diadakan evaluasi. Di samping itu, pengawasan bidang Humas ini juga didukung oleh adanya partisipasi pihak sekolah secara global dalam pelaporan kegiatan dan kegiatan lainnya dalam rangka proses pengawasan jalannya sistem ganda di sekolah.
    1. Bagaimana gambaran efektivitas pelaksanaan PSG di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang ada di Kabupaten Bandung
    Berdasarkan pada perhitungan kecenderungan umum di atas, diperoleh rata-rata indikator keseluruhan item pada variabel Y yaitu 3,38. Sehingga diartikan bahwa variabel efektivitas pelaksanaan PSG di SMK N yang ada di Kabupaten Bandung termasuk ke dalam kategori baik dan telah berjalan efektif.
    Efektivitas pelaksanaan PSG ini memiliki tigaindikator, diantaranya: efektivitas input, efektivitas proses, dan efektifitas output. Berikut akan diuraikan secara rinci.
    Pertama, efektivitas input dalam pelaksanaan PSG yang dilakukan di lingkungan SMKN di Dinas Pendidikan Kab. Bandung telah berjalan efektif. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang memperoleh hasil prhitungan kecenderungan umum sebesar 3,54, tentu hal ini berarti bahwa efektifitas input dalam pelaksanaan PSG sangat baik. Perolehan baik tersebut didapat karena pihak sekolah sering melakukan pertemuan dengan wali murid, masyarakat, ataupun pihak lain (dunia usaha) untuk mensosialisasikan pelaksanaan PSG sehingga dalam pelaksanaannya diharapkan akan mendapatkan dukungan yang berarti. Selain itu, kesiapan sekolah untuk melaksanan PSG yang ditunjukkan dengan perencanaan pola pembelajaran, penyediaan peralatan pendukung, dll., juga menjadi faktor penting yang mendukung pencapaian hasil baik efektifitas input tersebut.
    Kedua, efektivitas proses dalam pelaksanaan PSG yang dilakukan di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Dinas Pendidikan Kab. Bandung telah berjalan efektif. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang memperoleh hasil prhitungan kecenderungan umum sebesar 3,45, tentu hal ini berarti bahwa efektifitas proses dalam pelaksanaan PSG sudah sangat baik. Perolehan skor baik tersebut disebabkan sekolah telah memiliki institusi pasangan sebagai syarat untuk melaksanakan PSG, juga dunia industri/usaha yang bersikap kooperatif dalam mengawal pelaksanaan PSG ini, yakni salah satunya dengan menyediakan dan mempersiapkan sumber daya manusia (tutor) yang memadai untuk membimbing siswa sekolah yang bekerjasama dengan industri tersebut, mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan menyiapkan teknologi pendukung lainnya. Selain itu, efektivitas proses tersebut juga tergambarkan dari pelaksanaan pembelajaran yang berada pada dua tempat, yakni sekolah (SMK) dan industri/perusahaan.
    Terakhir, efektivitas output. Berdasarkan hasil perhitungan WMS, diperoleh nilai rata-rrata keseluruhan item variabel X yaitu 3,17. Sehingga disimpulkan bahwa efektivitas output berada pada posisi sangat baik dan berarti telah berjalan secara baik pula, yakni untuk meningkatkan keterampilan serta kemampuan profesionalitas siswa sesuai dengan bidang profesi yang diteni.
    1. Kontribusi manajemen hubungan masyarakat (Humas) terhadap efektivitas pelaksanaan PSG pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kab. Bandung
    Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) diperoleh koefisien korelasi (rhitung) dengan arah positif sebesar 0,62. Dengan melihat tolok ukur yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:231), maka koefisien korelasi antara variabel manajemen Humas dengan efektivitas PSG tergolong pada klasifikasi korelasi kuat.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang cukup relevan dengan arah positif antara variabel X terhadap variabel Y.
    Kekuatan hubungan ini dipertegas kembali dengan melakukan uji signifikan. Dari uji yang menggunakan rumus t-test untuk mencari t ini, didapatkan thitung sebesar 5,59. Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan ttabel , sehingga diperoleh harga sebesar 2,000 dengan dk = n-2 dan tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian thitung (5,59) berada di luar daerah Ho, maka Ho ditolak. Hal ini berarti koefisien korelasi adalah signifikan.Artinya korelasi antara variabel X terhadap variabel Y berlaku untuk seluruh responden.Selanjutnya, dilakukan penghitungan untuk melihat derajat keterhubungan antar variabel, yakni dengan mengkuadratkan harga koefisien korelasi dan mengkalikan 100%. Berdasar hasil perhitungan (terlampir), diperoleh harga koefisien determinasi sebesar 38,35%, sehingga bermakna bahwa meningkat atau menurunnya efektivitas pelaksanaan PSG ditentukan oleh manajemen Humas sebesar 38,35%, sementara sisanya sebesar 61,65% ditentukan oleh variabel lain. Jika manajemen Humas dapat dimanajemen lebih baik, tentu akan berkontribusi lebih maksimal lagi terhadap pelaksanaan PSG yang dilakukan. Sekalipun tetap harus didukung oleh berbagai faktor vital lainnya, seperti sikap kepala sekolah selaku pimpinan, dan sikap terbuka dunia industri/usaha dalam mengawal jalannya program ini.
    PENUTUP
    Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka peneliti akan memberikan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
    Kesimpulan
    1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap variabel X (manajemen Humas) yang menggunakan rumus Weight Mean Scored (WMS) diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,24, sehingga disimpulkan bahwa manajemen Humas pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Bandung berada pada posisi sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terkait manajemen Humas yang berjalan dengan baik.
    2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap variabel Y (pelaksanaan PSG) yang menggunakan rumus WMS, diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,38, sehingga disimpulkan bahwa pelaksanaan PSG pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Bandung telah berjalan efektif. Hal ini ditunjukkan dari rangkaian proses input, proses, output, dan pelaksanaan uji kompetensi serta sertfifikasi bagi seluruh siswa yang juga berjalan dengan baik.
    3. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yakni “Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan dari manajemen hubungan masyarakat terhadap pelaksanaan PSG pada SMK N di lingkungan Dinas Pendidikan Bandung”. Korelasi antar variabel X terhadap variabel Y adalah masuk dalam kategori kuat (rxy = 0,62) dengan determinasi sebesar 38,35%, dan sisanya sebesar 61,65% ditentukan oleh vvariabel lain. Kemudian koefisien regresi menyimpulkan bahwa manajemen Humas berkontribusi terhadap efektivitas pelaksanaan PSG, dimana setiap poin variabel X yang dinaikkan akan berpengaruh sebesar 0,65 poin pada variabel Y.
    Saran
    Beberapa saran secara khusus diberikan kepada:
    1. Lembaga
    Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga hendaknya selalu mengembangkan kerja sama dengan dunia usaha/industri melalui berbagai kebijakan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, khususnya PSG,
    1. Wakasek bidang Humas beserta staf, hendaknya menjalin kerjasama dengan dunia usaha/industri dalam mengawal pelaksanaan pendidikan sistem ganda tidak dalam kurun waktu dekat, namun waktu yang cukup panjang.
    2. Dalam pelaksanaan PSG, hendaknya bagian Humas lebih giat dalam melakukan identifikasi kebutuhan Humas dan sekolah
    3. Pihak sekolah harus lebih aktif untuk memasarkan lulusannya di dunia kerja melalui Bursa Kerja Khusus (BKK) di bawah koordinasi bidang Humas.

    1. Peneliti selanjutnya
    Peneliti dalam penelitian ini hanya mengangkat kontribusi Humas dalam pelaksanaan PSG saja, maka hendaknya peneliti selanjutnya dapat meneliti kontribusi manajemen Humas terhadap permasalahan lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
    DAFTAR PUSTAKA
    Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
    Kemendiknas. 2003. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendiknas
    Riyandi, Yedi. 2011. Kontribusi Manajemen Hubungan Masyarakat Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.Skripsi. Bandung: FIP, Universitas Pendidikan Indonesia
    Unesa.2012. Pedoman Penulisan Artikel e-Jurnal Unesa. Surabaya: Unesa
      
    Ady Setiawan 
    0 

    Add a comment

      Loading

      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar