Rabu, 03 April 2013


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perencanaan manajemen pembelajaran

1.      Pengertian Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan manajemen. Menurut Anderson, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.[1]
Walaupun semua fungsi manajemen saling terkait yang dilaksanakan oleh para manajer, tak terkecuali kepala sekolah dan guru namun pelaksanaan kegiatan organisasi harus dimulai dari perencanaan. Dijelaskan Johnson (1978) bahwa perencanaan adalah suatu proses dengan mana sistem menyesuaikan berbagai sumber daya yang ada unuk mengubah lingkungan dan kekuatan internal.
Mengapa diperlukan perencanaan ? secara makro, konsep tentang sistem dalam perencanaan telah berkembang sebagai hasil dari banyak perubahan-perubahan penting baik dalam lingkungan eksternal organisasi yang harus bekerja maupun dalam kegiatan internal organisasi. Perencanaan di masa depan menjadi kegiatan manajer yang meningkat kepentingannya dalam industri, lembaga sosial dan lingkungan politik berkembang semakin kompleks. Kondisi seperti ini semakin besar menekankan fungsi perencanaan akibat banyak ketidakpastian masa depan. Ditegaskan Johnson (1978) bahwa organisasi bekerja dalam lingkungan yang terus berubah karena itu perlu mempersiapkan diri untuk menerima akibat semua dinamika politik, ekonomi, sosial, etika dan filsafat moral dalam atmosfir kebebasan. Kemajuan ilmu dan teknologi memerlukan perencanaan untuk merespon perubahan yang diakibatkan semua lingkungan eksternal sehingga muncul adaptasi dan inovasi dalam organisasi.
Pada pokoknya perencanaan adalah proses manajemen untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya ? menyeleksi tujuan dan membangun kebijakan, program dan prosedur bagi pencapaian tujuan.
2.      Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Davis (1996) menjelaskan bahwa perencanaan pengajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumusksan tujuan pengajaran.
Menurut Rose dan Nichll (2002) nilai terbesar terletak pada guru yang lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya dan pada guru yang menjadi perancang pengalaman-pengalaman yang merangsang pemikiran dan masalah-masalah yang relevan untuk dipecahkan.
Mengapa perlu rencana pengajaran yang dibuat guru ? Menurut Anderson ada beberapa alasan pentingnya rencana guru, yaitu :
1)      Perencanaan dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian
2)      Perencanaan memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru
3)      Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di antara murid
4)      Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.

3.      Jenis Perencanaan
Perencanaan pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru ada dalam beberapa cara, yaitu dengan mengembangkan perencanaan tahunan, rencana semester, rencana bagian (pokok bahasan), rencana mingguan dan rencana harian (rencana pelajaran). Bagi guru, perencanaan pembelajaran yang paling penting adalah perencanaan unit, perencanaan mingguan dan perencanaan harian.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang mencakup usaha untuk :

1)      Menganalisis tugas
2)      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan/belajar
3)      Menulis tujuan belajar
Dengan cara ini seorang guru akan dapat meramalkan tugas-tugas mengajar yang akan dilaksanakannya.
4.      Model-Model Perencanaan Pengajaran
a.      Model perencanaan pengajaran sistemik
Suatu model perencanaan pengajaran sistemik, mengandung beberapa langkah yaitu :
1)      Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Karena itu, perlu dibuat suatu job description (rincian tugas) secara cermat dan lengkap.
Berdasarkan tuntutan pokok pekerjaan, selanjutnya ditentukan peranan-peranan yang harus dilaksanakan sehubungan dengan tugas tersebut yang menjadi titik tolak untuk menentukan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh lulusan
2)      Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci. Setiap dimensi tugasdijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh lulusan.
3)      Penetapan kemampuan
Setiap kemampuan hendaklah sejalan kepada criteria kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan-kemampuan itu haruslah relevan dengan tuntutan kerja dan keperluan masyarakat.
4)      Spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap
5)      Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
6)      Perumusan tujuan
7)      Kriteria keberhasilan program
8)      Organisasi sumber-sumber belajar
9)      Pemilihan strategi pengajaran
10)  Uji lapangan program
11)  Pengukuran realibilitas program
12)  Perbaikan dan penyesuaian
13)  Pelaksanaan program
14)  Monitoring program

b.      Prosedur pengembangan system instruksional (PPSI)
Prosedur pengembangan system instruksional (PPSI) adalah suatu pedoman yang disusun oleh guru untuk menyusun satuan pelajaran. Sebagai suatu model perencanaan pengajaran, PPSI memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Perumusan tujuan pengajaran
2)      Pengembangan alat penilaian
3)      Penetapan pedoman proses kegiatan belajar siswa
4)      Penetapan pedoman kegiatan guru
5)      Pedoman pelaksanaan program
6)      Pedoman perbaikan (revisi)
Berdasarkan rangkaian dari model perencanaan pengajaran PPSI, maka sebenarnya dapat diringkaskan langkah-langkah kegiatan dalam PPSI yaitu : 1) menetapkan tujuan pengajaran khusus, 2) menetapkan bahan pelajaran/pokok bahasan, 3) menetapkan metode/alat pengajaran, 4) menetapkan alat evaluasi, 5) menetapkan sumber bahan pelajaran.
5.      Tujuan pengajaran
Dick dan Reiser mengemukakan bahwa  “ Tujuan pengajaran adalah pernyataan umum dari apa yang akan dilakukan pelajar sebagai hasil pengajaran yang dilakukan”.
Tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang disajikan oleh guru. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang dirumuskan dari bahan pelajaran/pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan disajikan oleh guru. Sedangkan tujuan pembelajaran khusus adalah hasil perumusan guru sendiri dari penjabaran TIU/TPU.
Menurut Kemp (1995) paling tidak ada tiga fungsi utama tujuan, yaitu :
1)      Hasil yang akan dikejar oleh perancang pembelajaran dan guru sehingga dapat dijadikan pedoman dalam merancang pengajaran yang sesuai khususnya guna memilih dan mengatur aktivitas pengajaran dan sumberdaya yang akan digunakan untuk mendukung pengajaran efektif.
2)      Tujuan pengajaran memberikan kerangka kerja bagi menentukan cara-cara dalam mengevaluasi pengajaran.
3)      Pembuatan tujuan adalah untuk mengarahkan pelajar. Alasannya adalah bahwa pelajar akan menggunakan tujuan dalam mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan yang harus mereka kuasai.
 Jadi tujuan pengajaran (intruksional) dibagi kepada tiga bagian, yaitu tujuan yang bersifat kognitif, tujuan yang bersifat afektif dan tujuan psikomotorik.
1.      Kognitif
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai kepada kemampuan pemecahan masalah. Hal itu menuntut murid untuk mampu menghubungkan dan menggabungkan gagasan, memecahkan suatu masalah.
2.      Afektif
Tujuan afektif yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan kompleksitas masalah yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani
3.      Psikomotorik
Tujuan psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dalam literature tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungksn dengan latihan menulis, berbicara, olahraga, dan mata pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan praktis.

B.     Pengorganisasian Pembelajaran

1.      Mengorganisir sumber daya pembelajaran
Mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang efektif dan efisien (Davis, 1991).
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu :
1)      Memilih alat taktik y ang tepat
2)      Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat
3)      Memilih besarnya k elas (jumlah murid yang tepat)
4)      Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prodeur-prosedur serta pengajaran yang kompleks
Cara dan prosedur menciptakan suasana belajar di kelas, menurut Block (Arikunto, 1989), yaitu :
1.      Sebelum guru masuk kelas
Tahap ini adalah tahap persiapan. Tahap ini disebut kegiatan menciptakan pra-kondisi. Pekerjaan ini dilakukan di luar kelas, sebelum guru mengajar. Adapun cara yang perlu ditempuh oleh guru yaitu :
a.       Merumuskan apa yang penting dan harus dimiliki oleh siswa
b.      Merancang bantuan-bantuan yang cocok akan diberikan kepada siswa
c.       Merancang waktu yang sesuai dengan topic/pokok bahasan pelajaran.
2.      Pada waktu guru di kelas
Adapun cara yang dapat ditempuh oleh guru mencakup kegistsn-kegiatan :
a.       Memperhatikan keragaman siswa sehingga guru memperlakukan mereka dengan cara dan waktu yang berbeda
b.      Mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil belajarnya
Dalam hal ini metode mengajar adalah (a) merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan, (b) merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, (c) merupakan kebulatan dalam satu system pengajaran.
Untuk mengorganisir materi pelajaran, maka penggunaan metode yang tepat berdasarkan tujuan dan situasi anak sangatlah signifikan. Oleh sebab itu, metode sebagai suatu cara yang mengantarkan kepada tujuan harus benar-benar diperhatikan oleh guru dalam konteks manajemen pengajaran.
Guru sebagai manajer  dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :
1.      Ceramah
2.      Demonstrasi
3.      Diskusi
4.      Metode Tanya jawab
5.      Metode drill/latihan siap
6.      Metode resitasi/pemberian tugas belajar
Pengelolaan kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management” yang dalam perkembangannya diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yakni “manajemen” atau “menejemen”. Sehingga dalam tulisan ini pengertian tentang pengelolaan juga diambil dari pengertian manajemen.[2]
Guru adalah penanggung jawab pembelajaran di dalam kelas. Sejumlah siswa yang mengikuti mata pelajaran sama dalam waktu yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu diatur, diarahkan dan dipengaruhi dalam satu interaksi belajar mengajar.
Sebuah kelas dapat dikatakan tertib, dilihat dari indikator yaitu : 1) setiap anak terus bekerja, tidak ada yang berhenti karena tidak tahu tugas belajar yang harus dikerjakannya atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya, 2) setiap anak teerus melakukan pekerjaan belajar tanpa membuang waktu agar dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Menurut Davis ada beberap konsekuensi dari kelas besar dalam proses pembelajaran baik terhadap guru maupun terhadap siswa, yaitu :
1.      Makin besar tuntutan pada guru di satu pihak, dan makin kecil tuntutan terhadap peserta didik untuk menggunakan keterampilannya di pihak lain
2.      Makin besar toleransi kelompok terhadap pengarahan dari guru sebagai pemimpin, dan semakin menonjol dia dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya.
3.      Semakin besar kecenderungan dari anggota-anggota yang lebih aktif mendominasi interaksi dalam kelompok
4.      Makin besar kecenderungan dari anggota-anggota yang kurang aktif untuk lebih sungkan dan takut berpartisipasi dan semakin kuranglah penjelajahan dan petualangan serta diskusi  kelompok
5.      Suasana makin kurang intim, kegiatan semakin tidak menentu dan anggota semakin kurang puas dengan hasil-hasil diskusi kelompok.

C.    Kepemimpinan dalam pembelajaran
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan2 yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan ybs melaksanakan tugas2 pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan?
Beberapa kepemimpinan seorang kepala sekolah dan guru antara lain:
a.      Kepemimpinan kepala sekolah
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran akhir-akhir  ini selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik dalam berbagai forum diskusi peningkatan mutu kepala sekolah. Kemenarikannnya terkait dengan kepala sekolah sebagai orang paling penting di sekolah sehingga kedudukan dan produktivitasnya memiliki makna yang strategis terhadap pembentukan kualitas sumber daya bangsa.
Permendiknas 13 tahun 2007 menegaskan bahwa kepala sekolah sekurang-kurangnya memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Demikian pula dalam Permendiknas 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru  Menjadi Kepala Sekolah menetapkan fokus utama kinerja kepala sekolah yaitu (1) usaha pengembangan  sekolah (2) peningkatan kualitas sekolah dalam pemenuhan 8 SNP (3) usaha pengembangan profesional.
Pengaturan tersebut menegaskan bahwa menjadi kepala yang efektif perlu ditunjang dengan kepribadian yang tangguh, ilmu pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan yang unggul, serta memiliki  keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, mensupervisi, dan mengevaluasi program. Yang tidak kalah penting mejadi kepala sekolah profesional memiliki kapasitas kecerdasan yang tinggi dalam merumuskan ide-ide baru dalam pemecahan masalah serta memiliki daya juang tinggi sehingga tak kenal menyerah.
Pantang menyerah memiliki makna bahwa sekolah kepala sekolah selalu melaksanakan tugas untuk mengejar target mutu tertentu. Jika menemui kegagalan, ia akan belajar lagi dan memperbaiki agar proses kegiatan memenuhi target, jika gagal lagi ia akan belajar lagi sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan lebih baik lagi, proses ini bergulir menjadi siklus yang tidak pernah berakhir.
Kepala sekolah yang unggul juga wajib memiliki kapasitas diri dalam membantu guru bekerja dan memenuhi sejumlah kriteria  yang terdapat dalam Pemenpan 16/2010 yaitu meningkatkan efektivitas tugas utama guru dalam  (1) mendidik, (2) mengajar, (2) membimbing, (3) mengarahkan, (4) melatih, (5) menilai, dan (5) mengevaluasi peserta didik dan (6) melaksanakn tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
b. Kepemimpinan guru
Kepemimpinan guru sebagai bperilaku seorang pimpinan dalam mempengaruhi individubdan kelompok orang dapat berlangsung di mana saja.proses kepemimpinan berlangsung baik di nrumah tangga,disekolah,dimesjidn dan berbagai organisasi masyarakat.Kepala sekolah adalah pimpinan bagi guru-guru,pegawai dan murid.Sedangkan guru-guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi para murid untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka menjapai tujuan.
Menurut Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran,peran guru adalah menolong murid untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran yang memunkinkan aktivitas manajemen,struktur organisasi,system dan proses yang diperlukan untuk menagani kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.[3]
Menurut Davis (1996) dalam kontes peran guru,memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi,mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.
Di sini yang terlihat adalah menyankut hubungan guru dengan murid.Apa saja karakteristik hubungan guru dan murid yang baik,menurut Gordon (1997:23) beberapa yang harus diperhatikan yaitu:[4]
a.       Keterbukaan dan transparan sehingga memungkinkan terjadinya keterusterangan dan kejujuran satu dan lainya
b.      Penuh perhatian,bila pihak-pihak bahw2a dirinya di hargai oleh pihak lain
c.       Saling ketergantungan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
d.      Keterpisahan,untu memungkinkan guru dan murid menumbuhkan dan mengembangkan keunikan,kreativitas dan individual masing-masing.
e.       Pemenuhan kebutuhan bersama,sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbangkan untuk memenuhi kelompok lain.
D.    Peningkatan mutu dalam pembelajaran
            Proses pembelajaran di anggap sukses apa bila mutu pembelajaran sesuai yang di harapkan,dalam lingkungan pendidikan sekarang ini terus mengalami perubahan dari era sebelumnya,karena itu yang hanya bersifat konstan adalah perubaha.Sebagian sekolah dapat secra efektif mengelolah perubahan.
            Spanbauer dalam Hubbard.ed (1993:394) menjelaskan sekolah-sekolah yang berhasil,telah menerapkan dua strategi utama yaitu:[5]
  1. Pertama mengunakan pendekatan system yang melakukan peninjauan ulang secara lebih cepat terhadap proses hubungan langsung dengan pelajar.
  2. Terlibatnya guru-guru secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah
Pemberdayaan guru merupakan hal yang penting karena hal yang penting,karena peran mereka sangat strategis dalam proses pengajaran dan pembelsjaran sebagai inti pendidikan itu.Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran,banyak sekolah yang sedang menerapkan manajemen mutui terpadu atau Total Quality Management (TQM) sehingga berhadil dari beberapa decade terdahulu.
Menurut Spanbauer (1993) mengemukakan komponen-komponen dari model implementasi (TQM).Dalam pendidikan sebagai berikut:
  1. Kepemimpinan
  2. Pendekatan focus terhadap pelanggan
  3. Iklim organisasi
  4. Tim pemecahan masalah
  5. Tersedia data yang bermakna
  6. Metode ilmiah dan alat-alat
  7. Pendidikan dan latihan
Hoy (2002) menjelaskan ada beberapa tahapan yang akan dilalui untuk memeantapkan budaya mutu dalam menuju sekolah unggul yaitu:[6]
  1. Membangun komitmen menanamkan dalam diri personil sekolah untuk mencapai tujuan
  2. Perencanaan,mengunakan keterampilan individu dan tim untuk dikebanmbangkan untuk mencapai tujuan.
  3. Tindakan,untuk mengembangkan dan mengunakan keterampilan dalam menetapkan program berkelanjutan.
  4. Evaluasi,menilau kemajuan pencapaian tujuan,nilai yang dicapai dan kebutuhan masa depan.














DAFTAR PUSTAKA

Syafarudin & Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran. Jakarta. Quantum Teaching. 2005
Muhaimin, dkk. Manajemen pendidikan. Jakarta. Prenada media group. 2009
Nur Alim, dkk. Manajemen Pembelajaran. Makassar. Membumi Publishing. 2009
           














[1] Syafaruddin & Irwan nasution., manajemen pembelajaran, Jakarta : Quantum Teaching, 2005, h.91
[2] Nur alim. Fatimah kadir, Dkk. Manajemen pembelajaran. Makassar : Membumi publishing. 2009, h. 101
[3] Syafaruddin. Manajemen pembelajaran. (Ciputat: PT. ciputat press, 2005) hlm 122
[4] Syafaruddin,Irwan nasution,Manajemen pembelajaran (ciputat:PT Ciputat) hal 124-125
[5] Ibid,149
[6] Ibid,154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar