BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perencanaan manajemen pembelajaran
1.
Pengertian Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen
dalam mencapai tujuan secara efektif dan manajemen. Menurut Anderson,
perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk
mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.[1]
Walaupun semua fungsi manajemen saling terkait yang dilaksanakan
oleh para manajer, tak terkecuali kepala sekolah dan guru namun pelaksanaan
kegiatan organisasi harus dimulai dari perencanaan. Dijelaskan Johnson (1978)
bahwa perencanaan adalah suatu proses dengan mana sistem menyesuaikan berbagai
sumber daya yang ada unuk mengubah lingkungan dan kekuatan internal.
Mengapa diperlukan perencanaan ? secara makro, konsep tentang sistem
dalam perencanaan telah berkembang sebagai hasil dari banyak
perubahan-perubahan penting baik dalam lingkungan eksternal organisasi yang
harus bekerja maupun dalam kegiatan internal organisasi. Perencanaan di masa
depan menjadi kegiatan manajer yang meningkat kepentingannya dalam industri,
lembaga sosial dan lingkungan politik berkembang semakin kompleks. Kondisi
seperti ini semakin besar menekankan fungsi perencanaan akibat banyak
ketidakpastian masa depan. Ditegaskan Johnson (1978) bahwa organisasi bekerja
dalam lingkungan yang terus berubah karena itu perlu mempersiapkan diri untuk
menerima akibat semua dinamika politik, ekonomi, sosial, etika dan filsafat
moral dalam atmosfir kebebasan. Kemajuan ilmu dan teknologi memerlukan perencanaan
untuk merespon perubahan yang diakibatkan semua lingkungan eksternal sehingga
muncul adaptasi dan inovasi dalam organisasi.
Pada pokoknya perencanaan adalah proses manajemen untuk memutuskan
apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya ? menyeleksi tujuan dan
membangun kebijakan, program dan prosedur bagi pencapaian tujuan.
2.
Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Davis (1996) menjelaskan bahwa perencanaan pengajaran adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumusksan tujuan pengajaran.
Menurut Rose dan Nichll (2002) nilai terbesar terletak pada guru
yang lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya dan pada guru yang
menjadi perancang pengalaman-pengalaman yang merangsang pemikiran dan
masalah-masalah yang relevan untuk dipecahkan.
Mengapa perlu rencana pengajaran yang dibuat guru ? Menurut
Anderson ada beberapa alasan pentingnya rencana guru, yaitu :
1)
Perencanaan
dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian
2)
Perencanaan
memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru
3)
Perencanaan
membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu di antara murid
4)
Perencanaan
memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
3.
Jenis Perencanaan
Perencanaan pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru ada dalam
beberapa cara, yaitu dengan mengembangkan perencanaan tahunan, rencana
semester, rencana bagian (pokok bahasan), rencana mingguan dan rencana harian
(rencana pelajaran). Bagi guru, perencanaan pembelajaran yang paling penting
adalah perencanaan unit, perencanaan mingguan dan perencanaan harian.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan
perencanaan pembelajaran yang mencakup usaha untuk :
1)
Menganalisis
tugas
2)
Mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan/belajar
3)
Menulis
tujuan belajar
Dengan cara ini seorang guru akan dapat meramalkan tugas-tugas
mengajar yang akan dilaksanakannya.
4.
Model-Model Perencanaan Pengajaran
a.
Model perencanaan pengajaran sistemik
Suatu model perencanaan pengajaran sistemik, mengandung beberapa
langkah yaitu :
1)
Identifikasi
tugas-tugas
Kegiatan
merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang
menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Karena itu, perlu dibuat suatu job
description (rincian tugas) secara cermat dan lengkap.
Berdasarkan
tuntutan pokok pekerjaan, selanjutnya ditentukan peranan-peranan yang harus
dilaksanakan sehubungan dengan tugas tersebut yang menjadi titik tolak untuk
menentukan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh lulusan
2)
Analisis
tugas
Tugas-tugas
yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas
yang lebih terperinci. Setiap dimensi tugasdijabarkan sedemikian rupa yang
mencerminkan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh lulusan.
3)
Penetapan
kemampuan
Setiap
kemampuan hendaklah sejalan kepada criteria kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan-kemampuan
itu haruslah relevan dengan tuntutan kerja dan keperluan masyarakat.
4)
Spesifikasi
pengetahuan, keterampilan dan sikap
5)
Identifikasi
kebutuhan pendidikan dan latihan
6)
Perumusan
tujuan
7)
Kriteria
keberhasilan program
8)
Organisasi
sumber-sumber belajar
9)
Pemilihan
strategi pengajaran
10)
Uji
lapangan program
11)
Pengukuran
realibilitas program
12)
Perbaikan
dan penyesuaian
13)
Pelaksanaan
program
14)
Monitoring
program
b.
Prosedur pengembangan system instruksional (PPSI)
Prosedur pengembangan system instruksional (PPSI) adalah suatu
pedoman yang disusun oleh guru untuk menyusun satuan pelajaran. Sebagai suatu
model perencanaan pengajaran, PPSI memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Perumusan
tujuan pengajaran
2)
Pengembangan
alat penilaian
3)
Penetapan
pedoman proses kegiatan belajar siswa
4)
Penetapan
pedoman kegiatan guru
5)
Pedoman
pelaksanaan program
6)
Pedoman
perbaikan (revisi)
Berdasarkan rangkaian dari model perencanaan pengajaran PPSI, maka
sebenarnya dapat diringkaskan langkah-langkah kegiatan dalam PPSI yaitu : 1) menetapkan
tujuan pengajaran khusus, 2) menetapkan bahan pelajaran/pokok bahasan, 3)
menetapkan metode/alat pengajaran, 4) menetapkan alat evaluasi, 5) menetapkan
sumber bahan pelajaran.
5.
Tujuan pengajaran
Dick dan Reiser mengemukakan bahwa
“ Tujuan pengajaran adalah pernyataan umum dari apa yang akan dilakukan
pelajar sebagai hasil pengajaran yang dilakukan”.
Tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang
disajikan oleh guru. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang dirumuskan
dari bahan pelajaran/pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan disajikan
oleh guru. Sedangkan tujuan pembelajaran khusus adalah hasil perumusan guru
sendiri dari penjabaran TIU/TPU.
Menurut Kemp (1995) paling tidak ada tiga fungsi utama tujuan,
yaitu :
1)
Hasil
yang akan dikejar oleh perancang pembelajaran dan guru sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam merancang pengajaran yang sesuai khususnya guna memilih dan
mengatur aktivitas pengajaran dan sumberdaya yang akan digunakan untuk
mendukung pengajaran efektif.
2)
Tujuan
pengajaran memberikan kerangka kerja bagi menentukan cara-cara dalam
mengevaluasi pengajaran.
3)
Pembuatan
tujuan adalah untuk mengarahkan pelajar. Alasannya adalah bahwa pelajar akan
menggunakan tujuan dalam mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan yang harus
mereka kuasai.
Jadi tujuan pengajaran
(intruksional) dibagi kepada tiga bagian, yaitu tujuan yang bersifat kognitif,
tujuan yang bersifat afektif dan tujuan psikomotorik.
1.
Kognitif
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai kepada
kemampuan pemecahan masalah. Hal itu menuntut murid untuk mampu menghubungkan
dan menggabungkan gagasan, memecahkan suatu masalah.
2.
Afektif
Tujuan afektif yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system
nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap
sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan
suatu fenomena sampai dengan kompleksitas masalah yang merupakan faktor
internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani
3.
Psikomotorik
Tujuan psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otot. Dalam literature tujuan ini tidak banyak ditemukan
penjelasannya, dan biasanya dihubungksn dengan latihan menulis, berbicara,
olahraga, dan mata pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan praktis.
B.
Pengorganisasian Pembelajaran
1.
Mengorganisir sumber daya pembelajaran
Mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan
seorang guru dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud
mencapai tujuan belajar dengan cara yang efektif dan efisien (Davis, 1991).
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam
pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu :
1)
Memilih
alat taktik y ang tepat
2)
Memilih
alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat
3)
Memilih
besarnya k elas (jumlah murid yang tepat)
4)
Memilih
strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan,
prodeur-prosedur serta pengajaran yang kompleks
Cara dan prosedur menciptakan suasana belajar di kelas, menurut
Block (Arikunto, 1989), yaitu :
1.
Sebelum
guru masuk kelas
Tahap
ini adalah tahap persiapan. Tahap ini disebut kegiatan menciptakan pra-kondisi.
Pekerjaan ini dilakukan di luar kelas, sebelum guru mengajar. Adapun cara yang
perlu ditempuh oleh guru yaitu :
a.
Merumuskan
apa yang penting dan harus dimiliki oleh siswa
b.
Merancang
bantuan-bantuan yang cocok akan diberikan kepada siswa
c.
Merancang
waktu yang sesuai dengan topic/pokok bahasan pelajaran.
2.
Pada
waktu guru di kelas
Adapun
cara yang dapat ditempuh oleh guru mencakup kegistsn-kegiatan :
a.
Memperhatikan
keragaman siswa sehingga guru memperlakukan mereka dengan cara dan waktu yang
berbeda
b.
Mengadakan
pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil belajarnya
Dalam hal ini metode mengajar adalah (a) merupakan salah satu
komponen dari proses pendidikan, (b) merupakan alat mencapai tujuan yang
didukung oleh alat-alat bantu mengajar, (c) merupakan kebulatan dalam satu
system pengajaran.
Untuk mengorganisir materi pelajaran, maka penggunaan metode yang
tepat berdasarkan tujuan dan situasi anak sangatlah signifikan. Oleh sebab itu,
metode sebagai suatu cara yang mengantarkan kepada tujuan harus benar-benar
diperhatikan oleh guru dalam konteks manajemen pengajaran.
Guru sebagai manajer dapat
mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa
metode, yaitu :
1.
Ceramah
2.
Demonstrasi
3.
Diskusi
4.
Metode
Tanya jawab
5.
Metode
drill/latihan siap
6.
Metode
resitasi/pemberian tugas belajar
Pengelolaan kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management” yang dalam
perkembangannya diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yakni “manajemen” atau
“menejemen”. Sehingga dalam tulisan ini pengertian tentang pengelolaan juga
diambil dari pengertian manajemen.[2]
Guru adalah penanggung jawab pembelajaran di dalam kelas. Sejumlah
siswa yang mengikuti mata pelajaran sama dalam waktu yang sama untuk mencapai
tujuan pembelajaran perlu diatur, diarahkan dan dipengaruhi dalam satu
interaksi belajar mengajar.
Sebuah kelas dapat dikatakan tertib, dilihat dari indikator yaitu :
1) setiap anak terus bekerja, tidak ada yang berhenti karena tidak tahu tugas
belajar yang harus dikerjakannya atau tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan kepadanya, 2) setiap anak teerus melakukan pekerjaan belajar tanpa
membuang waktu agar dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Menurut Davis ada beberap konsekuensi dari kelas besar dalam proses
pembelajaran baik terhadap guru maupun terhadap siswa, yaitu :
1.
Makin
besar tuntutan pada guru di satu pihak, dan makin kecil tuntutan terhadap
peserta didik untuk menggunakan keterampilannya di pihak lain
2.
Makin
besar toleransi kelompok terhadap pengarahan dari guru sebagai pemimpin, dan
semakin menonjol dia dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya.
3.
Semakin
besar kecenderungan dari anggota-anggota yang lebih aktif mendominasi interaksi
dalam kelompok
4.
Makin
besar kecenderungan dari anggota-anggota yang kurang aktif untuk lebih sungkan
dan takut berpartisipasi dan semakin kuranglah penjelajahan dan petualangan
serta diskusi kelompok
5.
Suasana
makin kurang intim, kegiatan semakin tidak menentu dan anggota semakin kurang
puas dengan hasil-hasil diskusi kelompok.
C.
Kepemimpinan dalam
pembelajaran
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan. Karena keputusan2 yg dilakukan para pemimpin sering kali
sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari
efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan ybs melaksanakan tugas2 pentingnya. Pemimpin yang mampu
membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding
dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam
mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata
lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan?
Beberapa
kepemimpinan seorang kepala sekolah dan guru antara lain:
a.
Kepemimpinan kepala
sekolah
Peran kepala sekolah
sebagai pemimpin pembelajaran akhir-akhir
ini selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik dalam berbagai forum
diskusi peningkatan mutu kepala sekolah. Kemenarikannnya terkait dengan kepala
sekolah sebagai orang paling penting di sekolah sehingga kedudukan dan
produktivitasnya memiliki makna yang strategis terhadap pembentukan kualitas
sumber daya bangsa.
Permendiknas
13 tahun 2007 menegaskan bahwa kepala sekolah sekurang-kurangnya memiliki kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Demikian
pula dalam Permendiknas 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Menjadi
Kepala Sekolah menetapkan fokus utama kinerja kepala sekolah yaitu (1) usaha
pengembangan sekolah (2) peningkatan kualitas sekolah dalam pemenuhan 8
SNP (3) usaha pengembangan profesional.
Pengaturan
tersebut menegaskan bahwa menjadi kepala yang efektif perlu ditunjang dengan
kepribadian yang tangguh, ilmu pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu
pengetahuan yang unggul, serta memiliki keterampilan dalam merencanakan,
melaksanakan, mensupervisi, dan mengevaluasi program. Yang tidak kalah penting
mejadi kepala sekolah profesional memiliki kapasitas kecerdasan yang tinggi
dalam merumuskan ide-ide baru dalam pemecahan masalah serta memiliki daya juang
tinggi sehingga tak kenal menyerah.
Pantang
menyerah memiliki makna bahwa sekolah kepala sekolah selalu melaksanakan tugas
untuk mengejar target mutu tertentu. Jika menemui kegagalan, ia akan belajar
lagi dan memperbaiki agar proses kegiatan memenuhi target, jika gagal lagi ia
akan belajar lagi sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan lebih baik lagi, proses
ini bergulir menjadi siklus yang tidak pernah berakhir.
Kepala sekolah
yang unggul juga wajib memiliki kapasitas diri dalam membantu guru bekerja dan
memenuhi sejumlah kriteria yang terdapat dalam Pemenpan 16/2010 yaitu
meningkatkan efektivitas tugas utama guru dalam (1) mendidik, (2)
mengajar, (2) membimbing, (3) mengarahkan, (4) melatih, (5) menilai, dan (5) mengevaluasi
peserta didik dan (6) melaksanakn tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah.
b. Kepemimpinan guru
Kepemimpinan guru
sebagai bperilaku seorang pimpinan dalam mempengaruhi individubdan kelompok
orang dapat berlangsung di mana saja.proses kepemimpinan berlangsung baik di
nrumah tangga,disekolah,dimesjidn dan berbagai organisasi masyarakat.Kepala
sekolah adalah pimpinan bagi guru-guru,pegawai dan murid.Sedangkan guru-guru
adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi para murid untuk melakukan
kegiatan belajar dalam rangka menjapai tujuan.
Menurut Sue dan
Glover (2000) dalam konteks pembelajaran,peran guru adalah menolong murid untuk
mengembangkan kapasitas pembelajaran yang memunkinkan aktivitas
manajemen,struktur organisasi,system dan proses yang diperlukan untuk menagani
kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.[3]
Menurut Davis (1996)
dalam kontes peran guru,memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru
untuk memberikan motivasi,mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan
siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.
Di sini yang
terlihat adalah menyankut hubungan guru dengan murid.Apa saja karakteristik
hubungan guru dan murid yang baik,menurut Gordon (1997:23) beberapa yang harus
diperhatikan yaitu:[4]
a. Keterbukaan dan
transparan sehingga memungkinkan terjadinya keterusterangan dan kejujuran satu
dan lainya
b. Penuh perhatian,bila
pihak-pihak bahw2a dirinya di hargai oleh pihak lain
c. Saling
ketergantungan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
d. Keterpisahan,untu
memungkinkan guru dan murid menumbuhkan dan mengembangkan keunikan,kreativitas
dan individual masing-masing.
e. Pemenuhan kebutuhan
bersama,sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbangkan untuk memenuhi kelompok
lain.
D.
Peningkatan mutu
dalam pembelajaran
Proses
pembelajaran di anggap sukses apa bila mutu pembelajaran sesuai yang di
harapkan,dalam lingkungan pendidikan sekarang ini terus mengalami perubahan
dari era sebelumnya,karena itu yang hanya bersifat konstan adalah
perubaha.Sebagian sekolah dapat secra efektif mengelolah perubahan.
Spanbauer
dalam Hubbard.ed (1993:394) menjelaskan sekolah-sekolah yang berhasil,telah
menerapkan dua strategi utama yaitu:[5]
- Pertama mengunakan pendekatan system yang
melakukan peninjauan ulang secara lebih cepat terhadap proses hubungan
langsung dengan pelajar.
- Terlibatnya guru-guru secara aktif dalam
pembuatan keputusan dan manajemen sekolah
Pemberdayaan guru merupakan hal yang penting
karena hal yang penting,karena peran mereka sangat strategis dalam proses
pengajaran dan pembelsjaran sebagai inti pendidikan itu.Upaya untuk
meningkatkan mutu pembelajaran,banyak sekolah yang sedang menerapkan manajemen
mutui terpadu atau Total Quality Management (TQM) sehingga berhadil dari
beberapa decade terdahulu.
Menurut Spanbauer (1993) mengemukakan
komponen-komponen dari model implementasi (TQM).Dalam pendidikan sebagai
berikut:
- Kepemimpinan
- Pendekatan focus terhadap pelanggan
- Iklim organisasi
- Tim pemecahan masalah
- Tersedia data yang bermakna
- Metode ilmiah dan alat-alat
- Pendidikan dan latihan
Hoy (2002) menjelaskan ada beberapa tahapan
yang akan dilalui untuk memeantapkan budaya mutu dalam menuju sekolah unggul
yaitu:[6]
- Membangun komitmen menanamkan dalam diri
personil sekolah untuk mencapai tujuan
- Perencanaan,mengunakan keterampilan
individu dan tim untuk dikebanmbangkan untuk mencapai tujuan.
- Tindakan,untuk mengembangkan dan
mengunakan keterampilan dalam menetapkan program berkelanjutan.
- Evaluasi,menilau kemajuan pencapaian
tujuan,nilai yang dicapai dan kebutuhan masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Syafarudin &
Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran. Jakarta. Quantum Teaching. 2005
Muhaimin, dkk. Manajemen pendidikan. Jakarta. Prenada
media group. 2009
Nur Alim, dkk. Manajemen
Pembelajaran. Makassar. Membumi Publishing. 2009
[1]
Syafaruddin & Irwan nasution., manajemen pembelajaran, Jakarta :
Quantum Teaching, 2005, h.91
[2] Nur
alim. Fatimah kadir, Dkk. Manajemen pembelajaran. Makassar : Membumi
publishing. 2009, h. 101
[3]
Syafaruddin. Manajemen pembelajaran. (Ciputat:
PT. ciputat press, 2005) hlm 122
[4]
Syafaruddin,Irwan nasution,Manajemen
pembelajaran (ciputat:PT Ciputat) hal 124-125
[6]
Ibid,154
Tidak ada komentar:
Posting Komentar